Suara Anak TPA Sukawinatan

  • Share
Anak-Anak kampung TPA Sukawinatan melihat foto-foto yang dipamerkan

Warnakata.com, Palembang – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan terletak di Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarami, Kota Palembang mempunyai luas kurang lebih 25 hektar.Selain menjadi lokasi pembuangan akhir sampah, banyak masyarakat yang tinggal disekitar lokasi TPA Sukawinatan.

Mengingat resiko kesehatan yang dapat di timbulkan dari lingkungan sekitar TPA Sukawinatan, Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya menginisiasi sebuah kegiatan pengabdian masyarakat melalui gerakan Kampung Pandai Sukawinatan dengan Tema Senyum Anak Tanpa DBD, yang di laksanakan pada tanggal 30 Oktober dan 6 November 2022. Salah satu rangkaian kegiatan dalam pengabdian tersebut adalah Photovoice, Minggu, (6/11/2022).

Photovoice adalah proses teknik fotografi yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan dan meningkatkan komunitas melalui gambar/foto. Photovoice adalah bagian dari Participatory Action Research (PAR).

Photovoice adalah foto yang memiliki makna yang dapat menceritakan potret fotografer, menceritakan komunitas tertentu atau menggambarkan suatu fenomena. Metode photovoice dapat membantu masyarakat mengekspresikan pandangan, pemikiran dan gagasannya melalui foto.

Tujuan metode photovoice adalah memberikan ruang komunikasi bagi masyarakat untuk menyampaikan keadaan, kekuatan dan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupannya. Melalui media fotografi, perspektif-perspektif lokal dari masyarakat juga diharapkan dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan dan perubahan ke situasi yang lebih baik.

Melalui gerakan Kampung Pandai Sukawinatan, Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Mencoba mengaplikasikan metode Photovoice untuk mendengarkan suara-suara anak di TPA Sukawinatan.

Ada 30 anak kampung TPA Sukawinatan yang ikut mengekspresikan pikiranya lewat foto. Semua karya mereka dikemas dalam buku yang berjudul “Suara Anak TPA sukawinatan”, kemudian ada 14 anak yang hasil fotonya dipamerkan pada penutupan kegiatan gerakan Kampung Pandai Sukawinatan.

Berikut ini adalah suara-suara dan pandangan anak-anak di sekitar TPA Sukawinatan dari hasil potret mereka, mereka memotret dan menarasikan itu dengan “Pemandangan Sekitar”

Eskavator Sedang Merapihkan Tumpukkan Sampah

“Di sepanjang mata memandang banyak sekali gunung dan deretan perbukitan, sayangnya semuanya terbuat dari sampah yang menumpuk” (D, 6 Tahun)

Narasi mereka menjelaskan bahwa “Sampah dari Banyak Kalangan”. Itulah suara hasil potret yang mereka narisakan. Itu adalah wujud penilaian mereka tentang apa yang mereka lihat dan yang terpikir oleh mereka.

“Belum Seberuntung Yang Lain”. Beberapa foto dari hasil potret mereka menarasikan bahwa mereka tidak seberuntung yang lain. Itulah suara mereka, yang menjadi keluh kesah dan pikiran lugu mereka. Mereka menyuarakan keadaan yang mereka alami sendiri bukan suara orang lain. Suara itu berangkat dari kisah yang mereka alami dan mereka jalani dengan senyum tentunya, ungkap ketua pelaksana gerakan Kampung Pandai Sukawinatan, Clarissa Putri Aulia, Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Meskipun TPA Sukawinatan merupakan tempat sampah, dari potret dan narasi mereka bahwa tempat ini juga menjadi “Tempat Bermain Kami”. Potret mereka dan narasi mereka, itu semua menggambarkan bahwa suka-cita perasaan mereka tinggal di sekitar TPA Sukawinatan, kata Ade Pratama, mahasiswa magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsri.

Rumah Pohon Di Lokasi TPA Sukawinatan

“Ini aku dan temanku, kami bermain di rumah pohon sederhana buatan ayahku. tentu saja rumah pohon ini dibuat dari sampah “. caption foto Budi (8), anak Sukawinatan.

Meski hidup berdampingan dengan sampah disekitar TPA Sukawinatan, ternyata dari hasil potret mereka menjelaskan bahwa ada “Sedikit sisi indah” yang mereka lihat dan mereka nikmati dalam keseharian mereka, sebagai anak-anak yang tinggal berdampingan dengan TPA Sukawinatan. Selaian sampah ternyata ada keindahan yang mereka lihat disana. Itu merupakan bentuk penilaian mereka yang tidak banyak orang yang bisa melihat dari sudut itu, kata dosen pendamping, Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes.

“Setiap siang hingga sore hari sapi selalu menuju TPA untuk mencari makan. Mereka seharian di sini tapi tidak terlihat ada yang gemuk” (M, 7 Tahun)

Itulah gambaran suara-suara anak di Sekitar TPA Sukawinatan yang diperoleh dari aplikasi metode Photovoice oleh mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Tergambar bahwa dari sudut pandang anak-anak di sekitar TPA Sukawinatan bahwa TPA Sukawinatan bukan hanya sekedar tempat pembuangan akhir saja namun ada sudut pandang lain yang mereka lihat dan mereka abadikan melaui foto-foto yang mereka potret sendiri dan mereka narasikan dengan sebuah cerita. Suara itu hanyalah sebagian kecil yang terabadikan.

Meskipun begitu, suara itu cukup menggambarkan dan cukup untuk digaungkan. Suara-suara kecil itulah yang harus didengarkan dan diperhatikan.

Melalui langkah kecil pengabdian yang digerakan oleh Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya melalui gerakan Kampung Pandai Sukawinatan, semoga langkah kecil ini membuka luas mata dan pikiran untuk semua, bahwa ada suara-suara anak di sekitar TPA Sukawinatan yang harus terdengar.

Semoga akan ada tangan-tangan lain yang menggandeng dan merangkul mereka untuk mengukir cerita serta membuat kisah dengan penuh suka cita bersama anak-anak di TPA Sukawinatan, tutup Najmah, S.KM., MPH, dosen pendamping.

(Visited 41 times, 1 visits today)
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *